Jumat, 06 Juni 2014

HIPOKSIA (Kekurangan Oksigen)

Apa si Hipoksia itu?

    Mendaki gunung adalah hal yang menyenangkan selain menyalurkan hobi berpetualang, walau segala penghalang kerap menjadi batu sandungan dalam kegiatan tersebut. Dan yang lebih membuat tragis adalah, sering mengancam kondisi raga serta keselamatan kita. Apabila tak jeli mengkondisikan kemampuan dan kesehatan raga. Dan ada satu penyakit yang bisa menerpa para penggiat alam bebas pendakian gunung, yakni Hipoksia. selain itu Mendaki gunung tentu akan menempatkan tubuh berada di ketinggian.
Berada di ketinggian tentu akan mudah memicu hipoksia karena terbatasnya oksigen. 
 
 Bila kita amati, sepanjang kecelakaan di gunung ada dua faktor yang sering terjadi. Pertama, efek hipoksia ( kekurangan oksigen ) pada tubuh. Kedua, efek fisik dari ketinggian dari permukaan laut, seperti suhu dan radiasi ultraviolet. Tapi, hal yang terakhir ini jarang terjadi pada pendaki gunung. Kecuali misalnya kekurangan energi ( makan yang cukup ), kedinginan, kecelakaan yang mengakibatkan benturan dan pendarahan yang hebat. Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak bisa menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi berjalan agak lama. Tentu saja hal ini akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru - paru.



Dan apa si, tanda tanda seseorang terkena Hipoksia?

   
Untuk itu para pendaki gunung harus mengenali tanda - tandanya, serta cara mengatasi jika mengalami kondisi tersebut. Tanda - tanda hipoksia atau kekurangan oksigen antara lain pandangan kabur, pernapasan makin cepat atau tersengal -sengal, serta tubuh menjadi lemas.
 

Frekuensi pernapasan yang meningkat terjadi karena tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen. Tidak hanya memaksa paru - paru bekerja lebih keras, kondisi ini juga mempengaruhi jantung yang harus bekerja keras memompa oksigen dalam darah yang hanya sedikit itu untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
    Selain dari gejala fisik, kondisi Hipoksia juga bisa dikenali dari perubahan perilaku. Dalam kondisi hipoksia, otak juga akan kekurangan oksigen sehingga pola pikir seorang pendaki berubah menjadi kacau dan sulit membuat keputusan yang tepat.
    Dalam keadaan hipoksia, yang dominan hanya emosi dan ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Makanya para pendaki sering tersesat, salah satunya karena otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk bisa bekerja dengan baik.

Tingkat Hipoksia

Hipoksia Fulminan. Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru - paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu satu menit akan jatuh pingsan.

Hipoksia Akut. Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba - tiba panik takkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru - paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.


Bagaimana cara mengatasi Hipoksia itu sendiri?

    Pertolongan pertama ketika menghadapi kondisi ini tentu saja dengan memberikan oksigen. Tabung oksigen berukuran kecil yang bisadibawa ke mana - mana sangat mudah diperoleh di apotek dengan harga terjangkau, sehingga tidak ada salahnya para pendaki melengkapi diri dengan alat ini.

    Jika tabung oksigen belum cukup menolong, maka semua pakaian harus dilonggarkan agar pernapasan menjadi lebih lancar. Kerah baju harus dibuka, ikat pinggang dilepas dan juga bra pada perempuan mau tidak mau harus dilepas supaya saluran napasnya tidak sesak.

    Namun yang terpenting dari semua itu adalah, sesegera mungkin pendaki yang mengalami hipoksia harus dibawa ke lokasi yang lebih rendah supaya mendapat oksigen lebih banyak dari udara pernapasan. Makin lama berada dalam kondisi hipoksia, makin besar resiko kerusakan organ karena tidak mendapat suplai oksigen.

    Daya tahan seseorang saat berada dalam kondisi hipoksia sangat beragam, salah satunya dipengaruhi oleh kadar sel darah merah serta hemoglobin. Orang - orang yang sehari - hari tinggal di gunung secara alamiah lebih tahan terhadap hipoksia karena sel darah merahnya lebih banyak. Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan clan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh, Dengan demikian, sebelum mendaki gunung periksa keadaan diri.



sumber : dari berbagai sumber






1 komentar: