Untuk yang telah menonton film petualangan berjudul
Vertical Limit tentu mengetahui sebuah penyebutan nama penyakit ketinggian,
yakni High Altitude Pulmonary Edema atau HAPE, penyakit tersebut adalah
penyebab kematian paling umum di ketinggian. Dan bisa di cegah jika terdeteksi
lebih dini. Dan semoga bisa menambah pengetahuan bagi pendaki gunung amatir
maupun profesional di Indonesia, juga menambah pengetahuan bagi Pecinta
Alam dimana saja.
Download klik di sini
Download klik di sini
Pada dasarnya, HAPE
disebabkan bocornya saluran darah di paru - paru lalu paru - paru terisi cairan
sehingga orangnya kesulitan bernafas. Tanda paling awal HAPE adalah
menurunnya exercixe tolerance dan meningkatnya waktu recovery. Biasanya
timbul batuk kering, kuku dan bibir berubah warnanya jadi biru / abu - abu (
istilahnya cyanosis ). semakin parah, maka saat istirahat nafas semakin
susah dan kadang terdengar derak - derik di paru - paru. Bahkan bisa timbul
dahak yang bercampur darah. Nantinya berkembang menjadi perubahan mental,
ataxiadan koma / HACE. Situasi bisa ditolong dengan bantuan oksigen.
Obat seperti Nifedipine / Adalat XL juga terbukti efektif, 30 mg tiap 12
jam secara oral . Lebih baik kalau turun ke ketinggian lebih rendah.
Pada sebuah berita, beberapa waktu
lalu pernah mengutip hasil penelitian di New England Journal of Medicine.
Di situ dikatakan bahwa obat salmeterol yang biasa dipakai untuk asma
ternyata juga mengurangi risiko HAPE. Bedanya dengan Nifedipine yang
harus dimakan, salmeterol ini bisa dihisap langsung sehingga cepat masuk ke
paru - paru. Salmeterol ini adalah nama kimia untuk merek Serevent. Studi lain
yang dimuat jurnal medis Lancet menyatakan HAPE ternyata lebih sering
menimpa pendaki daripada yang diperkirakan semula. Dulu HAPE dipercaya
hanya menimpa 2 sampai 4 persen pendaki yang berada di ketinggian lebih dari
8000 kaki. Tetapi riset terbaru tadi menemukan bahwa 60 persen pendaki di gunung
Monte Rosa ( 14.957 kaki ) di daerah Alps ternyata menunjukkan tanda -
tanda sub klinik HAPE lalu 15 persen lagi menunjukkan tanda klinik HAPE.
HIGH ALTITUDE BRONCHITIS
Dikenal dengan istilah "Khumbu
Cough". Mereka yang menghabiskan waktu lebih dari 2 minggu di basecamp
Everest biasanya menderita tenggorokan kering dan batuk kronis. Saat
bernafas dengan cepat, sering melalui mulut, udara tidak dilembabkan seperti
paa hidung. Udara yang dingin dan kering membuat tenggorokan dan saluran pernafasan
kering sehingga timbul batuk kering. Kadang batuknya sangat parah sampai
mencederai tulang rusuk. Pada dasarnya, bisa disembuhkan kalau turun. Pendaki
ada yang mencoba trik seperti makan permen batuk sampai ke cara tidur dengan
memakai masker.
HAPE
Masalah kesehatan paru lain pada
wisatawan adalah high altitude pulmonary edema ( HAPE ). Penyakit
yang mungkin berakibat fatal ini dapat terjadi di pegunungan tinggi seperti
daerah yang biasa dipakai ski es. Sebenarnya HAPE tidak terlalu sering
ditemukan, tetapi merupakan penyebab kesakitan dan kematian bagi wisatawan di
daerah ketinggian ( high altitude ). HAPE adalah penyebab kematian
pertama dalam kelompok penyakit yang berhubungan dengan ketinggian ( altitude
related illness ). Dengan berbagai kemudahan transportasi saat ini,
wisatawan dalam beberapa jam dapat berpindah dari dataran rendah ke dataran
tinggi.
Frekuensi terjadinya HAPE meningkat
secara eksponensial mengikuti ketinggian. HAPE biasanya terjadi dalam enam jam
pertama sampai beberapa hari setelah seseorang dengan cepat naik ke daerah
ketinggian lebih dari 2.500 m. Gejala yang timbul dapat berupa keluhan sesak
napas walau sedang beristirahat, batuk, penurunan kemampuan beraktivitas, dan
rasa berat di dada. Denyut nadi bertambah cepat, dan kadang ujung jari membiru
karena kekuranganoksigen. Keluhan sesak napas yang tidak membaik setelah lima
menit beristirahat perlu diwaspadai dan diperiksa dokter.
Kemungkinan terjadinya HAPE
meningkat sebanding dengan makin tinggi tempat yang dikunjungi, kecepatan
mendaki, aktivitas fisik, temperatur ambien yang rendah, serta konsumsi obat
anti hipnotik. Faktor risiko lain adalah riwayat pernah mengalami HAPE. Tidak
ada hubungan antara kebugaran fisik dengan kejadian HAPE. Penanganan HAPE
adalah meminta pasien turun dari ketinggian, kalau perlu dengan evakuasi medik,
pemberian oksigen dan obat tertentu. Pencegahannya adalah dengan mendaki
gunung secara bertahap. Bila gejala HAPE muncul segera turun kembali.
Penyakit yang berhubungan dengan
ketinggian ( altitude related illness ) lainnya adalah acute mountain
sickness ( AMS ) dan high altitude cerebral edema ( HACE ).
Keduanya merupakan gangguan pada susunan saraf pusat dan dapat memberi gejala
mulai dari sakit kepala ringan dan badan lemas pada penyakit AMS, sampai ke
keluhan mual, muntah - muntah, bahkan pasien dapat tidak sadar, koma pada
penyakit HACE. Mountain Sickness biasanya terjadi pada ketinggian
di atas 2.500 m, tetapi dapat juga terjadi di tempat lebih rendah. Gejala AMS
biasanya menghilang setelah satu minggu. Bila seseorang tiba - tiba sakit di
dataran tinggi, harus diasumsikan bahwa penyakit itu terjadi akibat ketinggian.
Cara penanggulangan yang paling baik adalah dengan berhenti mendaki,
istirahat, cek ke petugas kesehatan, dan turun segera bila memang dianjurkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar